ANALISIS
PENDAHULUAN
1.
TUJUAN
1. Melakukan analisis kualitatif pendahuluan secara sifat organoleptic
terhadap sampel yang mengandung senyawa anorganik.
2. Menganalisis data yang diperoleh untuk menentukan sifat fisika
kelarutan sampel dan uji nyala/ uji mutu.
2.
DASAR TEORI
Kimia Analitik adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai
cara - cara penganalisaan zat kimia yang terdapat didalam suatu sampel yang
akan dianalisa baik jenis maupun kadarnya. Dalam bidang kimia analitik, suatu
analisis harus melalui beberapa tahapan seperti pemilihan dan penyiapan sampel
(sampling), perlakuan awal (pretreatment), pemisahan, pengukuran, dan analisis
data. Kimia Analitik dibagi
menjadi dua golongan yakni kimia analitik kualitatif dan kimia analitik kuantitatif. Analisa kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Definisi dari analisis kualitatif adalah pemeriksaaan kimiawi tentang jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran beberapa zat (Ir. C.Poliling.1982).
menjadi dua golongan yakni kimia analitik kualitatif dan kimia analitik kuantitatif. Analisa kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Definisi dari analisis kualitatif adalah pemeriksaaan kimiawi tentang jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran beberapa zat (Ir. C.Poliling.1982).
Dalam analisis secara kualitatif tahap awal yang dilakukan adalah
uji organoleptis sebagai hipotesis awal untuk mengetahui kandungan zat dalam
suatu sampel. Organoleptik berarti kesan indra atau organ. analisis
organoleptik mencakup aplikasi penglihatan, bau, rasa, sentuhan, dan
kadang-kadang bahkan suara. Sampel diamati sifat-sifat fisik dan kimiawinya
dengan beberapa metode analisis pendahuluan, dengan tujuan mendapatkan
informasi awal untuk menduga komponen yang terkandung didalamnya. Pengamatan
meliputi sifat fisik seperti bentuk, warna, bau, pelarut yang sesuai dan warna
nyala jika memungkinkan. Perubahan secara fisika dan kimia seperti dalam proses
pelarutan dan pemanasan menjadi pengamatan yang penting dalam analisis pendahuluan.
Harus disadari bahwa untuk melakukan analisa kualitatif yang cepat dan tepat
diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai sifat fisis bahan-bahan yang
dianalisa.
Analisa pendahuluan bersifat dugaan dan hasilnya baru di prediksi
tetapi belum pasti (tidak sampai menghasilkan zat yang diingkan). Pemeriksaan
pendahuluan meliputi pengamatan sifat fisik secara organoleptik, pengamatan
bentuk dan warna pada pemanasan, uji kelarutan, dan warna nyala. Pengamatan
secara organoleptik meliputi bentuk, wujud, dan warna dari suatu sampel. Suatu
senyawa mempunyai penampakan fisik yang khas baik dari bentuk maupun warna yang
dimiliki. Warna dapat dijadikan sebagai salah satu hipotesis keberadaan salah
satu komponen senyawa kimia. Beberapa senyawa memberikan warna khas, seperti
garam Kobalt(II)klorida berwarna merah jambu, Mangan(II)Sulfat berwarna merah
muda pucat, Tembaga(II)sulfat berhidrat berwarna biru, Nikel Sulfat berwarna
hijau, dan sebagainya.
Analisis komponen suatu senyawa umumnya dilakukan dalam bentuk larutan.
Dalam tahap selanjutnya dari analisis pendahuluan adalah uji kelarutan.
Kebanyakan senyawa kimia larut pada pelarut tertentu, secara berurutan sampel
dicoba dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai. Urutan pelarut yang digunakan adalah air, asam klorida encer, asam kolorida pekat, asam
nitrat encer, asam nitrat pekat dan terakhir adalah air raja yang semuanya
masing-masing dalam keadaan dingin dilanjutkan dalam kondisi panas.
Dalam analisis pendahuluan klasik meliputi pula uji mutu boraks, uji
nyala dan uji reaksi dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat. Pengamatan
pada uji mutu boraks dilakukan dengan mengamati pembentukan warna tertentu
suatu senyawa yang melekat pada manik yang dipanaskan. Test pemeriksaan dengan
manik boraks mempunyai prinsip yaitu pengamatan warna nyala sampel pada manik
boraks yang dipanasi diatas nyala api oksidasi dan reduksi baik dalam dingin ataupun panas.
Adapun proses dari uji mutu boraks adalah manik boraks dibuat dalam
lingkaran/cincin kecil pada ujung kawat Pt atau Ni/Cr dengan mencelupkan kawat
panas dan dibersihkan kedalam boraks padat, kemudian dipanaskan dalam api
Bunsen, didapat manik yang tidak berwarna dan transparan. Kemudian manik panas
dicelupkan ke dalam sampel dan dipanaskan dalam nyala oksidasi Bunsen. Warna
manik tersebut diamati, dalam keaadaan panas dan dingin. Manik tersebut
dipanaskan lagi dalam nyala reduksi dan diamati pula warnanya dalam keadaan
panas dan dingin sehingga diperoleh warna yang menunjukkan apakah zat itu
mengandung kation atau anion. Beberapa logam akan membentuk warna yag khas pada
manik yang dipanaskan pada nyala. Berikut penampakan warna-warna unsur setelah
identifikasi uji mutu boraks tersaji pada tabel II.
No
|
Logam
|
Oksidasi
|
Reduksi
|
||
Panas
|
Dingin
|
Panas
|
Dingin
|
||
1
|
Cu
|
Hijau
|
Biru
|
Tidak Berwarna
|
Merah
|
2
|
Fe
|
Coklat Kuning
|
Kuning
|
Hijau
|
Hijau
|
3
|
Cr
|
Kuning Gelap
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
4
|
Mn
|
Violet
|
Violet
|
Tidak Berwarna
|
Tidak berwarna
|
5
|
Co
|
Biru
|
Biru
|
Biru
|
Biru
|
6
|
Ni
|
-
|
Coklat Merah
|
-
|
Abu-abu
|
Tabel II. Pemeriksaan dengan Mutiara/maniak Boraks
Uji nyala dengan mengamati warna nyala senyawa yang dipanaskan
dengan pembakar Bunsen. Prinsipnya adalah pengamatan warna nyala yang
dihasilkan oleh sampel yang dipanaskan diatas nyala api Bunsen. Beberapa logam
memberikan warna spektrum yang khas apabila dikenakan pada nyala Bunsen. Proses
uji nyala ini adalah sedikit zat (+ 50 mg) diletakkan dalam plat tetes kawat Cr,
sebelum digunakan dicelupkan dulu ke dalam HCl pekat lalu bakar untuk
membersihkannya dari kotoran yang menempel lalu celupkan ke dalam sampel
kemudian bakar dalam api oksidasi Bunsen. Nyala Na dapat menutupi nyala unsur
lainnya, untuk menanggulanginya dapat dilakukan dengan melihat nyala melalui
kaca kobalt, dimana warna nyala Na diserap sehingga warna unsur lainnya tampak
lebih jelas. Berikut penampakan warna-warna unsur setelah identifikasi uji
nyala tersaji pada tabel III.
No
|
Unsur
|
Warna Nyala Langsung
|
Warna Nyala melalui Kaca Kobalt
|
1
|
Na
|
Kuning Emas
|
-
|
2
|
K
|
Violet
|
Merah padam
|
3
|
Ca
|
Merah bata
|
Hijau terang
|
4
|
Sr
|
Merah padam
|
Violet
|
5
|
Ba, Mo
|
Hijau kekuningan
|
Hijau kebiruan
|
6
|
Cu, Borat
|
Hijau
|
-
|
7
|
Pb, As, Sb, Bi
|
Biru pucat
|
-
|
Tabel III.
Pemeriksaan Tes Nyala
Dalam reaksi dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat
mengamati beberapa anion yang diuraikan oleh asam sulfat menjadi gas-gas yang
mudah dikenali. Misal anion karbonat diuraikan oleh asam sulfat encer menjadi
karbon dioksida yang teramati pada percobaan dengan dibebaskannya gas tak
berbau dan tak berwarna yang mengeruhkan air kapur, juga terbentuknya gas CO
yang terbakar dengan nyala biru sebagai hasil peruraian formiat oleh asam
sulfat pekat.
3.
METODOLOGI
3.1 Alat-Alat :
1)
Tabung reaksi
2)
Rak tabung reaksi
3)
Gelas arloji
4)
Gelas kimia
5)
Pipet tetes
6)
Mikroskop
7)
Pengaduk gelas
8)
Cawan penguapan
9)
Spatula
10) Lampu spiritus
11) Kaki tiga
12) Kassa
13) Kertas lakmus merah
14) Kertas lakmus biru
15) Korek api
16) Penjepit tabung reaksi
3.2 Bahan :
1)
Pb(NO3)2
2)
Cu(NO3)2.3H2O
3)
Cd(NO3)2.4H2O
4)
FeCl3.6H2O
5)
Cr(NO3)3.9H2O
6)
NiSO4.6H2O
7)
NH4NO3
8)
KNO3
9)
Aquades
10) H2SO4 encer
11) H2SO4 pekat
12) HNO3 encer
13) HNO3 pekat
3.3 Cara Kerja
1.
Uji Organoleptis
a)
Amati warna dari tiap garam
yang tersedia. Bahan (sampel) tetap dalam tempat/ wadahnya. Catat data
pengamatan.
b)
Amati bentuk beberapa garam
dengan menggunakan mata telanjang. Ambil dalam jumlah secukupnya (sepucuk
spatula), tempatkan pada gelas arloji, lakukan pengamatan bentuk dengan mata
telanjang.
c)
Sampel yang sudah digunakan
tidak boleh dibuang, melainkan disimpan untuk pengujian selanjutnya
2.
Uji Pemanasan
a)
Garam Tembaga(II) sulfat
berhidrat diambil dalam jumlah yang sedikit (seujung sendok spatula) kemudian
diletakkan kedalam cawan penguapan.
Warna sebelum pemanasan diamati dan dicatat.
b)
Garam dalam cawan penguapan
kemudian dipanaskan diatas nyala api spiritus. Warna setelah pemanasan
diamati,dicatat dan dibandingkan dengan warna sebelum pemanasan.
c)
Prosedur yang sama juga
dilakukan untuk semua garam yang tersedia. Dicatat data pengamatan
3.
Uji Kelarutan
a)
Garam diambil dalam jumlah yang
sedikit (seujung sendok spatula), kemudian dimasukkan keadalam tabung reaksi.
b)
Kemudian ditambahkan pelarut
pertama, yakni air dalam kondisi dingin dan larutan diaduk dengan menggunakan
sendok pengaduk untuk membantu proses pelarutan.
c)
Apabila garam belum juga larut,
maka tabung reaksi yang berisi garam dan air dingin dijepitkan kepada penjepit
tabung reaksi dan dipanaskan diatas nyala api spiritus. Larutan diaduk dengan
menggunakan sendok pengaduk untuk membantu proses pelarutan.
d)
Apabila garam belum juga dapat
larut maka sampel garam tersebut diambil kembali dalam jumlah yang sama,
diletakkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan H2SO4
encer dalam keadaan dingin. Larutan H2SO4 encer dan
sampel diaduk dengan menggunakan sendok pengaduk untuk memudahkan proses
pelarutan.
e)
Dan apabila sampel garam juga
belum larut maka tabung reaksi berisi larutan H2SO4 encer
dan sampel dijepitkan pada penjepit tabung dan dipanaskan diatas nyala api
spiritus. Larutan diaduk dengan menggunakan sendok pengaduk untuk memudahkan
proses pelarutan
f)
Jika sampel belum juga larut,
maka pelarut diganti dengan pelarut lain yaitu HCl encer. Jika ternyata garam
belum juga larut, dilanjutkan pada urutan pelarut selanjutnya hingga diperoleh
pelarut yang sesuai. Proses pelarutan dihentikan jika garam telah larut dengan
homogen. Hasil pengamatan dicatat.
4.
Uji terhadap Nyala
a)
Mencelupkan kawat nikrom atau
platina yang telah bersih ke dalam larutan HCl pekat.
b)
Setelah dimasukkan HCl kemudian
disentuhkan ke dalam zat yang akan diidentifikasi. Masukkan kedalam nyala pada
daerah oksidasi bawah.
c)
Amati dan catat warna nyala
yang terlihat
5.
Uji terhadap Gas
1) Perlakuan zat dengan H2SO4 encer
a.
dimasukkan sesendok kecil zat
yang diselidiki (bila padat). Atau 2 ml zat bila berbentuk cairan.
b.
Ditambahkan 2ml H2SO4
encer , dipanaskan bila tidak segera terjadi gas.
c.
Diamati bau gas dan
sifat-sifatnya dengan diberi perlakuan jika gas tidak berbau sepotong kayu
pijar dimasukkan kedalam tabung reaksi. Jika gas berbau keras di uji dengan
lakmus basah(biru) diletakkan di spatula kemudian di dekatkan di tabung reaksi.
d.
Hasil pengamatan dicatat
2)
Perlakuan zat dengan H2SO4
pekat
a.
Dimasukkan sesendok kecil zat
yang diselidiki (bila padat). Atau 2 ml zat bila berbentuk cairan.
b.
Ditambahkan 2ml H2SO4
pekat tetap dalam keadaan dingin
c.
Diamati bau gas dan
sifat-sifatnya. Jika gas berbau keras di uji dengan lakmus basah (biru)
diletakkan di spatula kemudian di dekatkan di tabung reaksi.
d.
Hasil pengamatan dicatat
4.
DATA DAN ANALISIS DATA
PERCOBAAN
1.
Uji Organoleptis (uji warna dan
bentuk zat pada suhu kamar)
No
|
Nama
Zat/ rumus
|
Warna
zat
|
Bentuk
zat
|
1
|
Cd(NO3)2.4H2O
Cadmium nitrate tetrahidrat
|
Tidak
berwarna
|
Padatan
kristal
|
2
|
Cu(NO3)2.3H2O
Cuper
(ii) nitrat trihidrat
|
biru
|
Padatan
kristal
|
3
|
FeCl3.6H2O
Besi (III) klorida heksahidrat
|
Kuning
kecoklatan
|
Padatan
leleh
|
4
|
KNO3
Kalium
nitrat
|
putih
|
Padatan
serbuk
|
5
|
NH4NO3
Ammonium
nitrat
|
Tidak
berwarna
|
Padatan
kristal
|
6
|
Pb(NO3)2
Timbal
nitrat
|
Putih
|
Padatan
kristal serbuk
|
7
|
Cr(NO3)3.9H2O
|
Hitam
|
Padatan
kristal
|
8
|
NiSO4.6H2O
Nikel (ii) sulfat tetrahidrat
|
Hijau
|
Padatan
kristal
|
Uji organoleptis merupakan uji pendahuluan pada tahap
kering. Uji kering ini dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan. Pada
dasarnya senyawa mempunyai bentuk dan warna khas yang bisa berasal dari kation
atau anion yang terkandung di dalamnya. Atau bisa juga dikarenakan oleh bias
cahaya kerena adanya molekul air terhisrat dalam senyawa. Selain bentuk dan
rupa beberapa senyawa juga mempunyai bau yang khas atau sifat yang lain sebagai
identitas senyawa tersebut. Berdasarkan table pengamatan diatas dapat
dijelaskan beberapa identifikasi yang telah diperoleh.
1.
Senyawa Cd(NO3)2.4H2O
memiliki bentuk berupa padatan kristal yang tak berwarna dan juga tidak
mengeluarkan bau.
2.
Senyawa Cu(NO3)2.3H2O
memiliki bentuk berupa padatan kristal yang berwarna biru. Senyawa ini mengeluarkan
bau khas. Saat sampel diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel tetap
berbentuk padatan kristal berwarna
biru dan tidak menyerap molekul air (anhigroskopik)
3.
Senyawa FeCl3.6H2O
memiliki bentuk berupa padatan kristal berwarna orange dan berbau menyengat. Mampu
menyerap air saat diletakkan di luar wadah (higroskopis) sehingga tampak
seperti cair.
4.
Senyawa KNO3
memiliki bentuk berupa padatan serbuk yang berwarna putih.
5.
Senyawa NH4NO3
memiliki bentuk berupa padatan kristal yang tak berwarna. Senyawa ini tidak
berbau dan bersifat tidak menyerap air (anhigroskopik).
6.
Senyawa Pb(NO3)2
memiliki bentuk berupa serbuk kristal yang berwana putih dan memberikan bau
yang menusuk. Bersifat tidak menyerap air saat diletakkan di
luar wadah (anhigroskopik)
7.
Senyawa Cr(NO3)3.9H2O
memiliki bentuk berupa padatan kristal yang berwarna hitam. Senyawa ini tidak
berbau dan bersifat anhigroskopik karena saat sampel diambil dan diletakkan
diluar wadah, sampel tetap berbentuk padatan dan tidak menyerap molekul air.
8.
Senyawa NiSO4.6H2O
memiliki bentuk berupa kristal yang berwarna hijau. Senyawa ini berbau dan jika
diletakkan di luar wadah tidak menyerap air (anhigroskopik)
2.
Uji Pemanasan
No
|
Nama
Zat/ rumus
|
Warna
keadaan dingin
|
Warna
keadaan panas
|
1
|
Cd(NO3)2.4H2O
Cadmium nitrate tetrahidrat
|
Tidak
berwarna
|
Tidak
berwarna
|
2
|
Cu(NO3)2.3H2O
Cuper
(ii) nitrat trihidrat
|
biru
|
Hijau
tosca
|
3
|
FeCl3.6H2O
Besi (III) klorida heksahidrat
|
Kuning
kecoklatan
|
Orange
kecoklatan
|
4
|
KNO3
Kalium
nitrat
|
putih
|
Putih
|
5
|
NH4NO3
Ammonium
nitrat
|
Tidak
berwarna
|
Tidak
berwarna
|
6
|
Pb(NO3)2
Timbal
nitrat
|
Putih
|
Putih
|
7
|
Cr(NO3)3.9H2O
|
Hitam
|
Hijau
kehitaman
|
8
|
NiSO4.6H2O
Nikel (ii) sulfat tetrahidrat
|
Hijau
|
Hijau
tosca
|
Beberapa garam terhidrat memiliki warna khas
pada penampakannya. Misalnya saja Cu(NO3)2.3H2O
memberikan penampakan warna biru. Pada saat dipanaskan, molekul air pada garam
tersebut akan lepas sebab sebenarnya molekul air pada senyawa garam tidak
terikat secara chemistry tetapi hanya terikat secara fisik. Artinya molekul air
hanya mengisi kisi-kisi pada senyawa garam tersebut. Beberapa senyawa garam
akan menampilkan warna yang berbeda setelah molekul air terlepas akibat proses
pemanasan, tetapi ada juga yang tidak mengalami perubahan warna dan ada pula
yag mengalami perubahan warna tapi sebatas pemudaran warna.
1.
Pemanasan Cd(NO3)2.4H2O
Sebelum pemanasan garam Cd(NO3)2.4H2O
tidak berwarna. Setelah proses pemanasan dilakukan warna garam tidak berubah
tetap tak berwarna. Meskipun garam ini merupakan garam terhidrat yang akan melepas
air saat dipanaskan namun warna garam tetap tidak berubah.
2.
Pemanasan Cu(NO3)2.3H2O
Sebelum pemanasan garam Cu(NO3)2.3H2O
memiliki warna biru tua, setelah pemanasan dilakukan warna garam menjadi hijau
tosca. Hal ini menandakan bahwa molekul air pada garam ini lepas akibat dari
pemanasan.
3.
Pemanasan FeCl3.6H2O
Sebelum pemanasan garam FeCl3.6H2O
memiliki warna orange yang terlihat cair karena adanya molekul air. Setelah
pemanasan warna garam berubah menjadi orange kecoklatan yang menandakan bahwa
molekul air dalam garam ini lepas akibat dari pemanasan yang dilakukan. Bentuk
garam FeCl3.6H2O yang terlihat seperti cair dikarenakan
adanya molekul air yang mengisi kisi-kisi molekul FeCl3.6H2O.
4.
Pemanasan KNO3
Sebelum pemanasan garam KNO3 memiliki
warna putih dan setelah dipanaskan warna garam tetap putih. Hal ini dikarenakan
tidak adanya molekul air di dalam senyawa ini sehingga warna garam tetap dalam
keadaan dingin maupun panas.
5.
Pemanasan NH4NO3
Sebelum pemanasan garam NH4NO3
tidak berwarna dan setelah pemanasan warna garam tetap tidak berwarna. Hal ini
dikarenakan tidak adanya molekul air di dalam senyawa ini sehingga warna garam
tetap dalam keadaan dingin maupun panas.
6.
Pemanasan Pb(NO3)2
Sebelum pemanasan garam Pb(NO3)2
berwarna putih dan setelah pemanasan garam ini tetap berwarna putih. Hal ini
dikarenakan tidak adanya molekul air di dalam senyawa ini sehingga warna garam
tetap dalam keadaan dingin maupun panas.
7.
Pemanasan Cr(NO3)3.9H2O
Sebelum pemanasan warna garam Cr(NO3)3.9H2O
ini adalah hitam. Setelah pemanasan berubah warna menjadi hijau kehitaman. Hal
tersebut terjadi karena adanya molekul air yang terkandung dalam senyawa lepas
akibat dari pemanasan yang dilakukan.
8.
Pemanasan NiSO4.6H2O
Sebelum pemanasan garam NiSO4.6H2O berwarna
hijau toska dengan bentuk padatan kristal. Setelah proses pemanasan dilakukan
warna garam berubah menjadi kuning dengan bentuk tetap padatan. Perubahan ini
dikarenakan terlepasnya molekul air pada garam NiSO4. Penampakan
warna hijau toska pada NiSO4.xH2O yang didapat oleh mata
disebabkan oleh adanya molekul air terhidrat pada garam tersebut. Air dapat
membiaskan cahaya yang diterima olehnya. Begitu pula pada saat cahaya memancar
dan mengenai senyawa NiSO4.6H2O, molekul air pada
kisi-kisi garam akan membiaskan cahaya tampak sehingga serapan cahaya oleh
garam NiSO4.6H2O tidak lagi menunjukkan warna hijau muda
melainkan warna hijau toska.
3.
Uji Nyala
No
|
Garam
|
Warna
nyala
|
1
|
Cd(NO3)2.4H2O
|
Hijau
|
2
|
Cu(NO3)2.3H2O
|
Hijau
|
3
|
FeCl3.6H2O
|
Biru
|
4
|
KNO3
|
Ungu
|
5
|
NH4NO3
|
Hijau
|
6
|
Pb(NO3)2
|
Putih
|
7
|
Cr(NO3)3.9H2O
|
Kuning
|
8
|
NiSO4.6H2O
|
Kuning
|
Besarnya energy yang
diserap atau yang dipancarkan oleh setiap atom unsur logam yang khas. Hal ini
dapat ditunjukkan dari warna nyala atom-atom logam yang mampu menyerap radiasi
cahaya di daerah sinar tampak. Warna nyala berbagia atom unsur logam telah
disajikan melalui table hasil uji nyala diatas.
4.
Uji Kelarutan
No
|
Garam
|
Air
|
HNO3
|
HCl
|
Air
raja
|
||||
D
|
P
|
d
|
P
|
D
|
P
|
d
|
p
|
||
1
|
Cd(NO3)2.4H2O
Cadmium nitrate tetrahidrat
|
Ö
|
|||||||
2
|
Cu(NO3)2.3H2O
Cuper
(ii) nitrat trihidrat
|
Ö
|
|||||||
3
|
FeCl3.6H2O
Besi (III) klorida heksahidrat
|
Ö
|
|||||||
4
|
KNO3
Kalium
nitrat
|
Ö
|
|||||||
5
|
NH4NO3
Ammonium
nitrat
|
Ö
|
|||||||
6
|
Pb(NO3)2
Timbal
nitrat
|
Ö
|
|||||||
7
|
Cr(NO3)3.9H2O
|
Ö
|
|||||||
8
|
NiSO4.6H2O
Nikel (ii) sulfat tetrahidrat
|
Ö
|
Sesuai data penelitian garam-garam diatas dikategorikan sebagai
berikut dalam kemampuan melarutnya:
-
Semua garam nitrat mudah larut
dalam air [Cd(NO3)2.4H2O, Cu(NO3)2.3H2O,
KNO3, NH4NO3, Pb(NO3)2,
dan Cr(NO3)3.9H2O]
-
Garam sulfat pada umumnya mudah
larut termasuk NiSO4.
-
Garam klorida umumnya mudah
larut temasuk FeCl3
Pelarut yang disediakan pada uji ini telah disesuaikan
dengan kekuatannya dalam melarutkan. Adapun urutan tersebut adalah air, HCl
encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan terkahir
adalah air raja ( air regia). Air raja atau air regia adalah campuran antara
larutan HCl pekat dan larutan HNO3 pekat dengan perbandingan 3 : 1.
Pelarut tersebut diurutkan berdasarkan kekuatan asamnya
dimana urutan tersebut dari yang lemah hingga yang kuat. Semakin kuat sifat
asam maka semakin mudah melepaskan ion H+. Dimana ion H+
berperan dalam membuat kutub-kutub pada senyawa garam semakin polar dan dapat
mempermudah membentuk ikatan dengan molekul air
pada pelarut yang merupakan senyawa polar. Kondisi pelarutan dibuat
berbeda yakni dari dingin kemudin dipanaskan. Tujuan pemanasan ini untuk
membantu proses pelarutan agar lebih cepat.
5.
Uji Gas
a. H2SO4 encer
No
|
Nama Zat
|
H2SO4 encer
|
Kayu pijar
|
Lakmus basah
|
|
berbau
|
Tidak berbau
|
||||
1
|
Cd(NO3)2.4H2O
|
Ö
|
Bara api padam
|
||
2
|
Cu(NO3)2.3H2O
|
Ö
|
Bara api padam
|
||
3
|
FeCl3.6H2O
|
Ö
|
Bara api padam
|
||
4
|
KNO3
|
Ö
|
Bara api padam
|
||
5
|
NH4NO3
|
Ö
|
Bara api padam
|
||
6
|
Pb(NO3)2
|
Ö
|
Bara api padam
|
||
7
|
Cr(NO3)3.9H2O
|
Ö
|
Bara api semakin menyala
|
||
8
|
NiSO4.6H2O
|
Ö
|
Tidak berubah warna
|
b. H2SO4 pekat
No
|
Nama Zat
|
H2SO4 pekat
|
Lakmus basah
|
|
berbau
|
Tidak berbau
|
|||
1
|
Cd(NO3)2.4H2O
|
Ö
|
||
2
|
Cu(NO3)2.3H2O
|
Ö
|
||
3
|
FeCl3.6H2O
|
Ö
|
Berubah merah
|
|
4
|
KNO3
|
Ö
|
||
5
|
NH4NO3
|
Ö
|
||
6
|
Pb(NO3)2
|
Ö
|
||
7
|
Cr(NO3)3.9H2O
|
Ö
|
||
8
|
NiSO4.6H2O
|
Ö
|
Tidak berubah warna
|
a.
H2SO4
encer
1.
garam Cd(NO3)2.4H2O
pada perlakuan yang
pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak
segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang
tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api
yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2
dalam garam ini ketika dipanaskan.
2.
garam Cu(NO3)2.3H2O
pada perlakuan yang
pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak
segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang
tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api
yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2
dalam garam ini ketika dipanaskan.
3.
Garam FeCl3.6H2O
pada perlakuan yang
pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak
segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang
tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api
yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas Cl2
dalam garam ini ketika dipanaskan.
4.
Garam KNO3
pada perlakuan yang
pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak
segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang
tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api
yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2
dalam garam ini ketika dipanaskan.
5.
Garam NH4NO3
pada perlakuan yang
pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak
segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang
tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api
yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2
dalam garam ini ketika dipanaskan.
6.
garam Pb(NO3)2
pada perlakuan yang
pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak
segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang
tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api
yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2
dalam garam ini ketika dipanaskan.
7.
garam Cr(NO3)3.9H2O
pada perlakuan yang
pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak
segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang
tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api
yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2
dalam garam ini ketika dipanaskan.
8.
garam NiSO4.6H2O
pada perlakuan yang
pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak
segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang
berbau tajam akibat adanya kandungan sulfur di dalamnya. Hal ini menunjukkan
adanya gas SO2 yang terkandung dalam garam. Saat lakmus biru basah
dimasukkan dalam tabung reaksi kertas lakmus tetap dan tidak berubah warna. Hal
ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika dipanaskan.
b.
H2SO4
pekat
1.
garam Cd(NO3)2.4H2O
pada perlakuan yang kedua
yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.
2.
garam Cu(NO3)2.3H2O
pada perlakuan yang kedua
yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.
3.
Garam FeCl3.6H2O
pada perlakuan yang kedua
yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan berbau menyengat. Hal
ini menunjukkan adanya gas Cl 2 dalam garam ini ketika direaksikan
dengan H2SO4 pekat. Ketika lakmus basah ditempelkan pada
mulut tabung menggunakan spatula dan mengenai gas yang timbul dari reaksi garam
dan H2SO4 pekat lakmus berubah menjadi merah. Hal ini
menunjukkan bahwa gas yang keluar bersifat asam.
4.
Garam KNO3
pada perlakuan yang kedua
yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.
5.
Garam NH4NO3
pada perlakuan yang kedua
yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.
6.
garam Pb(NO3)2
pada perlakuan yang kedua
yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.
7.
garam Cr(NO3)3.9H2O
pada perlakuan yang kedua
yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.
8.
garam NiSO4.6H2O
pada perlakuan yang kedua
yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul
gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan adanya gas SO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan
H2SO4 pekat.
7.
KESIMPULAN
1.
uji organoleptis
dari kedelapan sampel
garam setiap garam mempunyai bentuk dan warna yang berbeda. Beberapa garam
lebih dominan dengan bentuk padatan Kristal dan yang satunya berbentuk padatan
serbuk. Warna garam pada suhu kamar juga berbeda-beda tergantung kelimpahan di
alam.
2.
Uji pemanasan
Dapat diketahui beberapa
garam yang akan berubah ketika dilakukan pemanasan. Terutama pada garam
terhidrat (sampel 1, 2, 3, dan 7) yang akan melepas molekul airnya ketika
dipanaskan sehingga warna garam bisa berubah. Sedangkan garam anhidrat tidak
menunjukkan perubahan warna ketika dipanaskan.
3.
Uji nyala
Nyala logam yang
berbeda-beda ditunjukkan oleh data penilitian. Sehingga bisa disimpulkan nyala
logam akan timbul ketika mampu menyerap radiasi cahaya di daerah sinar tampak.
4.
Uji kelarutan
Dari kedelapan sampel
semuanya larut dalam pelarut pertama yaitu air.
Sampel 1, 2, 4, 5, 6, dan
7 dapat larut dalam air karena merupakan garam nitrat. Semua garam nitrat dapat
larut dalam air.
Sampel 3 dapat larut
dalam air karena merupakan garam klorida yang mudah larut dalam air
Sampel 8 dapat larut dalam
air karena merupakan garam sulfat yang mudah larut dalam air.
5.
Uji gas dengan H2SO4
Dari kedelapan sampel
tersebut dapat diidentifikasi terdapat ion-ion non logam di dalamnya
Sampel 1, 2, 4, 5, 6, 7
mengandung ion nitrat (NO3- )
Sampel 3 mengandung ion
klorida (Cl-)
Sampel 8 mengandung ion
sulfat (SO42-)
8.
DAFTAR RUJUKAN
Ibnu, Drs. Sodiq. M.Si,dkk. 2004.
Kimia Analitik I. Malang : Tim Penerbit Universitas Negeri Malang
KBK KIMIA ANALITIK. 2014.
Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar. Malang : Tim Penerbit Universitas Negeri Malang
I
Wayan Sugiata. BALE BANJAR KIMIA UNDIKSHA.
sugiantozone.blospot.com/2010/03/identifikasi-kation-dengan-uji-nyala.html?m=1 diakses
pada tanggal 07
september 2014 pukul 22.03
No comments:
Post a Comment