1.
TUJUAN
1. Memisahkan kation-kation Mn, Al, Fe, Cr, Ni, Co, Zn sebagai kation
golongan III
2. Memisahkan kation-kation Mn, Al, Fe dan Cr sebagai kation golongan
IIIA
3. Memisahkan kation-kation Ni, Co, dan Zn sebagai kation golongan IIIB
4. Mengidentifikasi kation-kation golongan IIIA dan golongan IIIB
dengan pereaksi spesifik
2.
DASAR TEORI
Analisa
kualitatif adalah suatu cara yang dilakukan untuk menentukan macam, jenis zat
atau komponen-komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kualitatif
yang dipergunakan adalah sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis
maupun sifat-sifat kimianya. Tujuan analisis kualitatif adalah untuk memisahkan
dan mengidentifikasi sejumlah unsur. Yang kemudian diperuntukkan untuk
menganalisa komponen atau jenis zat yang ada dalam suatu larutan. Analisa
kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari
kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
Menentukan
adanya kation dan anion dalam suatu analit, baik yang terdiri dari zat tunggal
(satu kation dan satu anion) atau zat majemuk atau campuran (lebih dari kation
dan anion) memerlukan sistematika tertentu. Apabila analit berupa larutan dapat
langsung dianalisis, tetapi apabila berupa zat padat atau campuran padat atau
cair maka perlu dicari pelarut yang sesuai.
Analisis
kualitatif kation secara sistematis
telah berkembang cukup lama. Penggolongan kation telah dilakukan oleh Karl
Remegius Fresenius pada tahun 1897, yang dikenal dengan metoda H2S.
Beberapa modifikasi telah dilakukan untuk memudahkan pemisahan dan
pengidentifikasian kation-kation dalam suatu sampel.
Penggolongan
dan pemisahan kation didasarkan pada kemampuan kation membentuk suatu endapan
(yang memenuhi nilai Ksp). Tahapan di dalam penggolongan dan pemisahan kation
adalah uji pendahuluan, pemisahan golongan, pemisahan kation dalam satu
golongan, dan uji identifikasi.
Tahap
pertama yang dilakukan adalah uji pendahuluan yang meliputi pemeriksaan fisik
(organoleptis) dan uji kelarutan. Apabila sampel dalam bentuk padatan, maka
untuk memudahkan pemisahan dilakukan pelarutan sampel terlebih dahulu. Tahap
kedua adalah pemisahan kation ke dalam golongan, dengan penambahan pereaksi
pengendap yang selektif.
Untuk
memisahkan kation golongan I dengan kation golongan lain ditambahkan HCl, akan
dihasilkan endapan. Sedangkan kation-kation golongan II tidak bereaksi dengan HCl, tetapi
membentuk endapan dengan pereaksi H2S atau thioasetamida dalam
suasana asam-mineral encer. Kation golongan III umumnya tidak bereaksi dengan
HCl maupun H2S dalam suasana asam
mineral. Namun kation- kation pada golongan ini dapat membentuk endapan
dengan pereaksi (NH4)2S dalam suasana netral atau
amoniakal.
Kation-kation yang masuk ke dalam golongan III adalah Mn(II), Al(III),
Fe(III), Cr(III), Ni(II), Co(II), dan Zn(II). Kation golongan III dibedakan
menjadi kation golongan IIIA dan IIIB. Kation golongan IIIA (Mn2+, Al3+, Fe3+, Cr3+)
diendapkan sebagai hidrok- sida, sedangkan
kation golongan IIIB (Ni2+,
Co2+, Zn2+) dapat diendapkan sebagai sulfida dalam suasana
amoniakal. Filtrate dari pemisahan golongan II dipanaskan terlebih dahulu untuk
menghilangkan kelebihan H2S-nya. Penambahan air brom terhadap filtrate atau sentrat dari pemisahan
golongan II berguna untuk mengubah kation Mn2+ menjadi bentuk
anionnya menjadi MnO4- yang berwarna violet/ ungu.
Setelah filtrate/ sentrat bebas dari pengaruh HCL, H2S, dan fosfat,
lalu ditambah dengan perekasi NH4OH berlebih sehingga diperoleh
endapan yang sukar larut dan tidak membentuk senyawa kompleks pada kelebihan NH3-nya.
Endapan ini merupakan endapan kation golongan IIIA yang terdiri atas; Mn(OH)2 (merah daging, MnO4-
(violet), Al(OH)3
(putih), Fe(OH)3, dan Cr(OH)3 (hijau kebiruan). Sedangkan untuk kation golongan IIIB dapat
diperoleh dari filtrate/ sentrat hasil pemisahan kation golongan IIIA ditambah
lagi dengan NH4OH sehingga bersifat basa, kemudian dialiri gas H2S
pada PH larutan sekitar 10 dan konsentrasi anion S2- dapat diketahui
sbb;
K1K2
= 10-21 = =
Jadi (S2-) =
10-3 mol
Dengan
konsentrasi S2- yang cukup besar ini dapatlah digunakan untuk
mengendapkan kation-kation Ni2+, Co2+ dan Zn2+
sebagai endapan sulfidanya. Pengendapan kation golongan IIIB ini makin sempurna
bila diberikan suasana larutan buffer ammonium (campuran NH4OH 6 M
berlebih dan sedikit Kristal dari NH4Cl, sehingga terbentuklah
endapan dari NiS (hitam), CoS (hitam), dan ZnS (putih).
Syarat pengendapan golongan III
adalah sampel harus bebas dari senyawa organik (seperti format, asetat,
oksalat, dan sitrat), fosfat, borat dan silikat. Apabila dalam sampel asli
ditemukan anion-anion tersebut, maka anion harus dihilangkan terlebih dahulu agar
tidak mengganggu analisis.
3.
METODOLOGI
3.1 Alat-alat
a.
Tabung reaksi (10 buah)
b.
Rak tabung reaksi
c.
Pembakar spiritus
d.
Pipet tetes
e.
Gelas ukur 10 mL
f.
corong
g.
Korek api
h.
Kertas saring
3.2 Bahan-bahan
a.
Kristal ammonium tiosianat (NH4SCN)
b.
Larutan DMG 1%
c.
Asam format (HCHO)
d.
Ammonia (NH4OH) 6M
e.
Asam klorida (HCl)
f.
Zirconium nitrat (ZrO(NO3)2)
g.
Kalium borat (KBrO3)
h.
Natrium metaborat (NaBO3)
i.
Natrium asetat (CH3COONa)
j.
Peroksida (H2O2)
3%
k.
Asam asetat (CH3COOH)
l.
Amonium klorida (NH4Cl)
m.
Kristal natrium florida (NaF)
3.3 Cara
kerja
1.
Identifikasi kation
1.1 Alumunium,
Al3+
Ambil 1 mL larutan garam alumunium masukkn ke
dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan:
a) Ammonia,
akan terjadi endapan alumunium hidroksida koloidal, sedikit larut dalam air,
jika ada garam ammonia maka alumunium hidroksida tidak larut
b) Kalium
hidroksida, maka terjadi endapan putih alumunium hidroksida. Endapan ini larut
dalam KOH berlebihan terjadi tetrahidroksoaluminat. Jika aluminat ditambah
dengan asam, akan terjadi endapan (Al(OH)3) lagi, yang akan larut
lagi bila ditambahkan dengan asam berlebihan.
c) Natrium
fosfat, maka akan terjadi endapan putih koloidal dari alumunium fosfat.
d) Sedikit
larut dalam NaOH dalam lempeng tetes hingga timbul endapan putih. Kemudian
tambahkan 1 tetes pereaksi alizarin-S, maka terjadi warna ungu, lalu tambahkan
asam asetat hingga warna ungu tepat hilang dan lebihkan 1 tetes maka endapan
akan berwarna merah.
1.2 Kromium,
Cr3+
Ambil 1 mL kromium sulfat dan masukkan ke dalam
beberapa tabung reaksi dan tambahkan:
a)
Ammonia, maka akan terjadi endapan hijau
abu-abu Cr(OH)3. Endapan larut dalam ammonia yang berlebihan,
larutan berubah menjadi ungu
b)
Kalium asetat, maka larutan garam tersebut
tidak membentuk endapan walaupun dipanaskan. Akan tetapi, jika pada larutan
tersebut ditambahkan alumunium klorida dan besi(III) klorida maka kromium akan
mengendap bersama besi dan alumunium sebagai garam basa asetat.
c)
NaOH, akan terjadi endapan hijau abu-abu dari
Cr(OH)3. Endapan ini dapat larut dalam alkali berlebihan dan terjadi
ion kromit yang berwarna hijau.
d)
Natrium fosfat, akan terjadi endapan hijau
amorf dari kromium fosfat. Endapan ini larut dalam asam mineral dan praktis tidak
larut dalam asam asetat encer dingin.
1.3 Besi, Fe3+
Ambil 1 mL larutan Fe(Cl)3 masukkan
ke dalam beberapa tabung reaksi dan tambahkan:
a)
NaOH, maka akan terjadi endapan coklat dari
Fe(OH)3 yanglarut dalam asam.
b)
Alkali asetat, pada keadaan dingin terjadi larutan
coklat yang akan menjadi endapan bila dipanaskan
c)
CoCl2 dan HCl pekat, terjadi larutan
biru. Jika sedikit larutan tersebut ditambahkan kepada larutan yang mengandung
sedikit ion ferri maka akan terjadi larutan berwarna hijau.
d)
Kalium ferosianida, pada larutan yang netral
akan terjadi endapan biru ferri ferosianida
e)
Kalium tiosianat, akan terjadi warna merah
darah dari kompleks feri tiosianat
1.4 Mangan,
Mn2+
Ambil 1 mL larutan MnSO4 masukkan ke
dalam beberapa tabung reaksi kemudian tambahkan:
a)
NaOH, akan terjadi endapan putih Mn(OH)2,
olehr udara akan berubah menjadi coklat. Endapan tidak larut dalam pereaksi
berlebihan
b)
Ammonia, dalam larutan netral dan bebas dari
garam ammonium maka akan terjadi endapan putih dari Mn(OH)2
c)
Natrium karbonat, maka akan terjadi endapan
putih dari MnCO3. Jika dipanasi maka oleh pengaruh udara akan
terjadi MnO2
d)
Ammonium sulfide akan terjaid endapan berwarna
merah daging dari MnS yang larut dalam asam mineral
e)
Natrium fosfat, akan terjadi endapan putih dari
Mn3(PO4)2. Dengan adanya ammonium akan terjadi
endapan berwarna merah jambu. Endapan dapat larut dalam asam mineral.
1.5 Nikel,
Ni2+
Ambil 1 mL larutan NiSO4 masukkan
dalam beberapa tabung reaksi, kemudian tambahkan:
a)
NaOH, akan terjadi endapan hijau dari Ni(OH)3
yang larut dalam ammonia berlebihan
b)
Ammonium sulfide, endapan hitam dari NiS jika
ditambah pereaksi berlebihan akan terjadi larutan koloidal berwarna coklat tua
yang tidak dapat disaring
c)
Dimetilglioksin dan sedikit NH4OH
lalu dipanasi, akan terjadi endapan merah Ni-dimetilglioksin
d)
Kalium sianida, akan terjadi endapan dari nikel
sianida berwarna hijau yang larut dalam pereaksi berlebihan
1.6 Kobalt,
Co2+
Ambil 1 mL larutan kobalt klorida masukkan
dalam beberapa tabng reaksi, kemudian tambahkan:
a)
NaOH, dalam keadaan dingin akan terjadi kobalt
hidroksida berwarna meraj jambu
b)
Ammonia, akan terjadi endapan biru dari
basanya. Endapan larut dalam asam klorida encer atau asam asetat tetapi larut
dalam asam nitrat atau air raja
c)
Ammonium tiosianat pekat, akan terjadi larutan
yang berwarna biru disebabkan terjadinya ammonium kobaltotiosianat
d)
Dimetilglioksim, dalam suasana ammonia akan
terjadi endapan merah coklat
1.7 Seng, Zn2+
Ambil 1 mL larutan sengsulfat ke dalam beberapa
tabung reaksi dan tambahkan:
a)
NaOH, akan terdapat endapan putih Zn(OH)2.
Endapan larut dalam pereaksi berlebihan
b)
Natrium fosfat, akan terjadi endapan putih seng
fosfat. Endapan larut dalam ammonia dan asam encer. Ammonia sulfide, dalam
larutan netral atau alkali akan terjadi endapan ZnS koloidal. Tidak larut dalam
pereaksi berlebih, asam asetat, alkali, tapi larut dalam asam mineral encer
c)
Kalium ferrosianida akan terjaid endpaan putih
dari seng ferrosianida yang tidak larut dalam asam encer tetapi larut dalam alkali.
Reaksi ini dapat untuk membedakan seng dengan alumunium
2.
Pemisahan kation
2.1 Filtrat
diasamkan dengan 0,5 mL HCL 6M. didihkan sampai tidak ada lagi gas H2S
yang tinggal. Kemudian tambahkan sedikit KBrO3 padat. Didihkan
sampai larutan tinggal 1 mL bila terjadi endapan MnO2 berwarna
coklat tua hitam, kemudian pisahkan endapan dengan centrifuge.
2.2 Endapan
yang terbentuk dari 2.1 ditambah 2-3 mL HNO3 6M dan beberapa tetes
NaNO2 0,1 M panaskan sampai menjadi larutan yang jernih. Tambah
dengan sedikit NaBiO3 padat dan panaskan lagi di dalam penangas air.
Bila larutan memberikan warna ungu/ungu tua dari MnO4-,
menunjukkan adanya ion Mn2+ dalam sampel. Residu yang berupa sisa
NaBiO3 dalam larutan segera dipisahkan dan dibuang.
2.3 Filtrat
dari pemisahan pada 2.1 mengandung Fe3+,
Al3+, CrO7- dam kation-kation golongan IV dan
V. filtrate lalu ditambahkan air suling sampai volumenya 10 mL. tambahkan lagi
4-5 tetes HCHO dan panaskan. Kemudian tambah NH4OH 6M sambil diaduk
sampai terbentuk endapan. Uapkan sampai larutannya tinggal 5 mL dan tambahkan
dengan NH4OH 6 M sampai endapan sempurna. Saringlah dan cuci endapan
dengan air sampai 2 kali pencucian.
2.4 Filtrat
dari hasil pemisahan 2.3 digunakan untuk analisis golongan IV sampai golongan V
2.5 Endapan
dari nomor 2.3 terdiri dari Fe(OH)3 merah coklat, Al(OH)3
putih dan Cr(OH)3 hijau. Endapan tersebut dibagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama dijadikan suspense dengan hati-hati hingga mendidih dan biarkan
beberapa saat. Setelah dingin endapan dicuci dan disaring filtrate haisl
penyaringan dipakai untuk percobaan selanjutnya
2.6 Endapan
bagian 2 (Fe(OH)3) segera dilarutkan dalam 1 mL HCl 6 M dan setelah
larut dibagi menjadi 2 bagian
2.7 Filtrat
dari hasil penyaringan pada 2.5 mengandung AlO2- (tak
berwarna) dan CrO4- (kuning). Filtrate selanjutnya diuapkan sampai
tinggal 2 mL. netralkan dengan HCl 6 M, lalu buatlah alkalis dengan menambahkan
NH4OH 6 M. timbulnya endapan putih gelatin mungkin Al(OH)3
dan filtrate berwarna kuning untuk percobaan selanjutnya.
2.8 Endapan
putih gelatin dicuci dengan air suling lalu tambahkan 1 Ml HCl 6 M dan
panaskan. Residu yang mungkin ada berupa SiO2- segera
dibuang. Uapkan larutan itu sampai tinggal 0,25 mL dan teteskan pada plat
tetes. Kemudian tambahkan setetes larutan aluminon 0,1 % dalam suasana 2 tetes
CH3COONa dan 2 tetes larutan CH3COOH (buffer asetat).
Timbulnya endapan merah terang (endapan kompleks al-aluminon) menunjukkan
adanya ion Al3+ dalam sampel.
2.9 Filtrat
dari pemisahan 2.8 mengandung larutan berwarna kuning dari CrO4-.
Asamkan dngan beberapa tetes H2SO4 3M, tambahkan 1 mL
eter dan setetes H2O2 3%, lalu dikocok. Timbulnya warna
biru tua pada lapisan eter menunjukkan adanya ion Cr3+ pada sampel.
3.
Pemisahan dan identifikasi kation golongan IIIB
3.1 Filtrat
yang diperoleh dari hasil pemisahan kation golongan III A mengandung
kation-kation golongan III B tambahkan 0,5 g Kristal NH4Cl dan
buatlah alkalis dengan memberikan NH4OH 6M berlebih. Larutan yang
diperoleh kemudian dibagi 2 bagian:
3.2 Endapan
yang diperoleh dari no 3.1a dan 3.1b terdiri dari CoS (hitam), NiS (hitam), ZnS
(putih). Tambahkan kepada
4.
DATA DAN ANALISIS DATA
PERCOBAAN
NO
|
PROSEDUR KERJA
|
PENGAMATAN
|
1
|
Sampel 10 mL
|
Hijau
|
2
|
Diasamkan dengan 0,5 mL HCL 6M
|
Hijau
|
3
|
Dididihkan
|
Coklat
|
4
|
Tambahkan KBrO3
|
Coklat
|
5
|
Dididihkan sampai tersisa 1 mL
|
Tidak terbentuk endapan coklat tua hitam
(MnO2), warna tetap coklat
|
6
|
Ditambahkan aquades sampai 10 mL
|
Larutan coklat
|
7
|
Ditambahkan 4-5 tetes HCHO
|
Larutan coklat
|
8
|
Dipanaskan
|
Larutan coklat
|
9
|
Ditambahkan NH4OH 6M + diaduk
|
Endapan coklat kemerahan, bau menyengat
|
10
|
Endapan disaring dan dicuci dengan air 2x
|
Filtrat biru, endapan coklat kemerahan
(endapan 1)
|
11
|
Endapan 1 (Fe(OH)3, Al(OH)3,
Cr(OH)3) dibagi dua
|
Untuk uji Fe dan membuat suspensi
|
12
|
Uji Fe dengan menambahkan HCl 6M dan K4[Fe(CN)6]
|
Endapan biru tua (Fe3+ ada)
|
13
|
Buat suspensi dengan menambahkan aquades
lalu dididihkan kemudian didinginkan
|
Endapan coklat
Filtrat bening
|
14
|
Disaring, endapan dibuang, filtrat digunakan
untuk uji kation golongan IIIB
|
Endapan coklat
Filtrat bening
|
15
|
Filtrat ditambah 0,5g kristal NH4Cl
|
Warna bening
|
16
|
Ditambahkan NH4OH 6M berlebih
|
Kristal NH4Cl larut, warna tetap
bening
|
17
|
Larutan yang diperoleh dibagi menjadi dua
(larutan 1 & larutan 2)
|
|
18
|
Larutan 1 dijenuhkan dengan Na2S
|
Warna menjadi bening kehitaman
|
19
|
Dididihkan
|
Larutan hitam, ada endapan hitam
|
20
|
Disaring
|
Endapan hitam
|
21
|
Larutan 2 ditambah thioasetamida 1M
|
Warna menjadi bening kehitaman
|
22
|
Dididihkan
|
Larutan hitam, ada endapan hitam
|
23
|
Disaring
|
Endapan hitam
|
24
|
Endapan dijadikan satu lalu dibagi 2
|
|
25
|
Endapan 1&2 ditambah DMG untuk menguji
keberadaan Ni2+ dan CO2+
|
Warna merah (CO2+ dan Ni2+
ada)
|
Pada mulanya sampel diambil sebanyak 10 mL, sampel ini berwarnaa
hijau. Kemudian sampel diasamkan dengan 0,5 mL HCl 6M lalu dididihkan tujuannya
yakni untuk menghilangkan H2S. Larutan yang tadinya berwarna hijau
berubah warna menjadi coklat. Kemudian ditambahkan KBrO3
dan larutan tetap berwarna coklat. Larutan kemudian dididihkan sampai tersisa
1mL. Pada percobaan ini tidak terbentuk endapan coklat tua hitam (MnO2)
dan warna tetap coklat.
Kemudian
ditambahkan aquades sampai 10 mL dan terbentuk larutan coklat. Ditambahkan HCHO
4-5 tetes warna larutan tetap coklat. Kemudian dididihkan, tetap berupa larutan
coklat. Kemudian ditambahkan NH4OH 6M sambil terus diaduk dan
terbentuk endapan coklat kemerahan disertai bau yang menyengat. Endapan
disaring dan dicuci dengan aquades sebanyak 2x. Endapan yang disaring berwarna
coklat kemerahan dan filtrat berwarna biru. Langkah diatas dilakukan untuk
mengambil kation golongan III. Endapan berupa golongan IIIA yakni Fe(OH)3
karena endapan yang didapat berwarna merah sehingga endapan tidak mengandung
kation Al3+ (dalam bentuk
Al(OH)3 berwarna putih maupun Cr3+ (dalam
bentuk Cr(OH)3 berwarna hijau). Kemudian endapan yang mengandung kation
Fe3+ dalam endapan Fe(OH)3 dibagi menjadi dua untuk uji
identifikasi Fe dan dijadikan suspense untuk percobaan kation IIIB.
Uji Fe dilakukan dengan membagi lagi endapan menjadi
dua kemudian pada masing-masing endapan ditambahkan HCl 6M dan K4[Fe(CN)6].
Dengan penambahan HCl 6M dan K4Fe(CN)6
larutan berubah menjadi biru yang berarti positif mengandung Fe3+.
Fe3+ + K4Fe(CN)6 → K4[Fe(CN)6]3
+ 4K+
Kemudian
dari endapan yang digunakan untuk percobaan kation golongan IIIB dibuat
suspensi dengan menambahkan aquades kemudian dididihkan. Setelah larutan
mendidih nyala api Bunsen dimatikan dan larutan didinginkan. Dengan perlakuan
tersebut terbentuk endapan berwarna coklat dan filtrat tak berwarna (bening).
Endapan lalu disaring dan dibuang, sedangkan filtrat digunakan untuk uji kation
golongan IIIB. Filtrat ditambahkan 0,5 g kristal NH4Cl dan
ditambahkan NH4OH 6M berlebih sehingga kristal NH4Cl
larut dan warna tetap bening. Larutan yang diperoleh dibagi menjadi dua (larutan
1 & larutan 2). Larutan 1 dijenuhkan dengan Na2S dan warna
berubah menjadi bening kehitaman. Lalu dididihkan sehingga dalam larutan hitam
terdapat endapan hitam yang kemudian disaring. Larutan 2 ditambahkan
thioasetamida 1M sehingga warna menjadi bening kehitaman. Lalu dididihkan
sehingga dalam larutan hitam terdapat endapan hitam yang kemudian disaring.
Kemudian endapan dijadikan satu dan dibagi menjadi dua. Lalu ditambahkan DMG
untuk menguji keberadaan Ni2+ dan CO2+. Setelah
penambahan DMG maka warna semua endapan berubah menjadi merah yang menunjukkan adanya Ni2+
dengan persamaan reaksi,
Ni2+ + dimetilglioksim(DMG) →
1-Ni-DMG(endapan merah)
5.
KESIMPULAN
Sampel yang di analisis kation golongan
III mula-mula harus dilakukan pemisahan terhadap golongan-golongan lain agar
tidak menggaunggu hasil analisa.Sampel harus diendapkan sebagai garam hidroksida dalam keadaan basa dan tidak
mengandung H2S.
Pemisahan-pemisahan sub golongan Fe,Al, dan Cr (kation golongan
IIIA) dilakukan saat penambahan HCl 6M
dan K4[Fe(CN)6]
sehingga terbentuk endapan biru tua yg
menunjukkan positif adanya Fe3+ dengan persamaan reaksi :
Fe3+ + K4Fe(CN)6 → K4[Fe(CN)6]3
+ 4K+
Setelah dipisahkan, masing-masing hasil
pemisahan dapat diidentifikasi lebih lanjut.
Pemisahan-pemisahan sub golongan Ni,Co, dan Zn (kation golongan IIIB)
dilakukan saat penambahan DMG sehingga terbentuk warna merah yang menunjukkan positif adanya Ni2+ dengan
persamaan reaksi :
Ni2+ + dimetilglioksim(DMG) → 1-Ni-DMG(endapan merah)
Hasil praktikum pada sampel setelah diidentifikasi
keberadaan ion-ion tersebut, dapat disimpulkan bahwa Sampel mengangandung
unsur Fe dan unsur Ni, tetapi tidak mengandung unsur Co.
6.
DAFTAR RUJUKAN
KBK KIMIA ANALITIK. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik
Dasar. Malang : Tim Penerbit
Universitas Negeri Malang
Vogel.1985. Buku
Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Mikro Bagian I. Jakarta: PT. Kalma
Media Pustaka
Vogel.1985. Buku Teks
Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Mikro Bagian II. Jakarta: PT. Kalma
Media Pustaka
No comments:
Post a Comment