Friday 11 September 2015

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK


ANALISIS PENDAHULUAN
1.      TUJUAN
1.      Melakukan analisis kualitatif pendahuluan secara sifat organoleptic terhadap sampel yang mengandung senyawa anorganik.
2.      Menganalisis data yang diperoleh untuk menentukan sifat fisika kelarutan sampel dan uji nyala/ uji mutu.

2.      DASAR TEORI
Kimia Analitik adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai cara - cara penganalisaan zat kimia yang terdapat didalam suatu sampel yang akan dianalisa baik jenis maupun kadarnya. Dalam bidang kimia analitik, suatu analisis harus melalui beberapa tahapan seperti pemilihan dan penyiapan sampel (sampling), perlakuan awal (pretreatment), pemisahan, pengukuran, dan analisis data. Kimia Analitik dibagi
menjadi dua golongan yakni kimia analitik kualitatif dan kimia analitik kuantitatif. Analisa kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Definisi dari analisis kualitatif adalah pemeriksaaan kimiawi tentang jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran beberapa zat (Ir. C.Poliling.1982).
Dalam analisis secara kualitatif tahap awal yang dilakukan adalah uji organoleptis sebagai hipotesis awal untuk mengetahui kandungan zat dalam suatu sampel. Organoleptik berarti kesan indra atau organ. analisis organoleptik mencakup aplikasi penglihatan, bau, rasa, sentuhan, dan kadang-kadang bahkan suara. Sampel diamati sifat-sifat fisik dan kimiawinya dengan beberapa metode analisis pendahuluan, dengan tujuan mendapatkan informasi awal untuk menduga komponen yang terkandung didalamnya. Pengamatan meliputi sifat fisik seperti bentuk, warna, bau, pelarut yang sesuai dan warna nyala jika memungkinkan. Perubahan secara fisika dan kimia seperti dalam proses pelarutan dan pemanasan menjadi pengamatan yang penting dalam analisis pendahuluan. Harus disadari bahwa untuk melakukan analisa kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai sifat fisis bahan-bahan yang dianalisa.
Analisa pendahuluan bersifat dugaan dan hasilnya baru di prediksi tetapi belum pasti (tidak sampai menghasilkan zat yang diingkan). Pemeriksaan pendahuluan meliputi pengamatan sifat fisik secara organoleptik, pengamatan bentuk dan warna pada pemanasan, uji kelarutan, dan warna nyala. Pengamatan secara organoleptik meliputi bentuk, wujud, dan warna dari suatu sampel. Suatu senyawa mempunyai penampakan fisik yang khas baik dari bentuk maupun warna yang dimiliki. Warna dapat dijadikan sebagai salah satu hipotesis keberadaan salah satu komponen senyawa kimia. Beberapa senyawa memberikan warna khas, seperti garam Kobalt(II)klorida berwarna merah jambu, Mangan(II)Sulfat berwarna merah muda pucat, Tembaga(II)sulfat berhidrat berwarna biru, Nikel Sulfat berwarna hijau, dan sebagainya.
Analisis komponen suatu senyawa umumnya dilakukan dalam bentuk larutan. Dalam tahap selanjutnya dari analisis pendahuluan adalah uji kelarutan. Kebanyakan senyawa kimia larut pada pelarut tertentu, secara berurutan sampel dicoba dilarutkan dalam  pelarut yang sesuai. Urutan pelarut yang digunakan adalah air, asam  klorida encer, asam kolorida pekat, asam nitrat encer, asam nitrat pekat dan terakhir adalah air raja yang semuanya masing-masing dalam keadaan dingin dilanjutkan dalam kondisi panas.
Dalam analisis pendahuluan klasik meliputi pula uji mutu boraks, uji nyala dan uji reaksi dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat. Pengamatan pada uji mutu boraks dilakukan dengan mengamati pembentukan warna tertentu suatu senyawa yang melekat pada manik yang dipanaskan. Test pemeriksaan dengan manik boraks mempunyai prinsip yaitu pengamatan warna nyala sampel pada manik boraks yang dipanasi diatas nyala api oksidasi dan  reduksi baik dalam dingin ataupun panas. Adapun proses dari uji mutu boraks adalah manik boraks dibuat dalam lingkaran/cincin kecil pada ujung kawat Pt atau Ni/Cr dengan mencelupkan kawat panas dan dibersihkan kedalam boraks padat, kemudian dipanaskan dalam api Bunsen, didapat manik yang tidak berwarna dan transparan. Kemudian manik panas dicelupkan ke dalam sampel dan dipanaskan dalam nyala oksidasi Bunsen. Warna manik tersebut diamati, dalam keaadaan panas dan dingin. Manik tersebut dipanaskan lagi dalam nyala reduksi dan diamati pula warnanya dalam keadaan panas dan dingin sehingga diperoleh warna yang menunjukkan apakah zat itu mengandung kation atau anion. Beberapa logam akan membentuk warna yag khas pada manik yang dipanaskan pada nyala. Berikut penampakan warna-warna unsur setelah identifikasi uji mutu boraks tersaji pada tabel II.
           
No
Logam
Oksidasi
Reduksi
Panas
Dingin
Panas
Dingin
1
Cu
Hijau
Biru
Tidak Berwarna
Merah
2
Fe
Coklat Kuning
Kuning
Hijau
Hijau
3
Cr
Kuning Gelap
Hijau
Hijau
Hijau
4
Mn
Violet
Violet
Tidak Berwarna
Tidak berwarna
5
Co
Biru
Biru
Biru
Biru
6
Ni
-
Coklat Merah
-
Abu-abu
Tabel II. Pemeriksaan dengan Mutiara/maniak Boraks
           
Uji nyala dengan mengamati warna nyala senyawa yang dipanaskan dengan pembakar Bunsen. Prinsipnya adalah pengamatan warna nyala yang dihasilkan oleh sampel yang dipanaskan diatas nyala api Bunsen. Beberapa logam memberikan warna spektrum yang khas apabila dikenakan pada nyala Bunsen. Proses uji nyala ini adalah sedikit zat (+ 50 mg) diletakkan dalam plat tetes kawat Cr, sebelum digunakan dicelupkan dulu ke dalam HCl pekat lalu bakar untuk membersihkannya dari kotoran yang menempel lalu celupkan ke dalam sampel kemudian bakar dalam api oksidasi Bunsen. Nyala Na dapat menutupi nyala unsur lainnya, untuk menanggulanginya dapat dilakukan dengan melihat nyala melalui kaca kobalt, dimana warna nyala Na diserap sehingga warna unsur lainnya tampak lebih jelas. Berikut penampakan warna-warna unsur setelah identifikasi uji nyala tersaji pada tabel III.

No
Unsur
Warna Nyala Langsung
Warna Nyala melalui Kaca Kobalt
1
Na
Kuning Emas
-
2
K
Violet
Merah padam
3
Ca
Merah bata
Hijau terang
4
Sr
Merah padam
Violet
5
Ba, Mo
Hijau kekuningan
Hijau kebiruan
6
Cu, Borat
Hijau
-
7
Pb, As, Sb, Bi
Biru pucat
-
            Tabel III. Pemeriksaan Tes Nyala

Dalam reaksi dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat mengamati beberapa anion yang diuraikan oleh asam sulfat menjadi gas-gas yang mudah dikenali. Misal anion karbonat diuraikan oleh asam sulfat encer menjadi karbon dioksida yang teramati pada percobaan dengan dibebaskannya gas tak berbau dan tak berwarna yang mengeruhkan air kapur, juga terbentuknya gas CO yang terbakar dengan nyala biru sebagai hasil peruraian formiat oleh asam sulfat pekat.

3.      METODOLOGI
3.1  Alat-Alat :


1)      Tabung reaksi
2)      Rak tabung reaksi
3)      Gelas arloji
4)      Gelas kimia
5)      Pipet tetes
6)      Mikroskop
7)      Pengaduk gelas
8)      Cawan penguapan
9)      Spatula
10)  Lampu spiritus
11)  Kaki tiga
12)  Kassa
13)  Kertas lakmus merah
14)  Kertas lakmus biru
15)  Korek api
16)  Penjepit tabung reaksi



3.2  Bahan :


1)      Pb(NO3)2
2)      Cu(NO3)2.3H2O
3)      Cd(NO3)2.4H2O
4)      FeCl3.6H2O
5)      Cr(NO3)3.9H2O
6)      NiSO4.6H2O
7)      NH4NO3
8)      KNO3
9)      Aquades
10)  H2SO4 encer
11)  H2SO4 pekat
12)  HNO3 encer
13)  HNO3 pekat



3.3  Cara Kerja
1.      Uji Organoleptis
a)      Amati warna dari tiap garam yang tersedia. Bahan (sampel) tetap dalam tempat/ wadahnya. Catat data pengamatan.
b)      Amati bentuk beberapa garam dengan menggunakan mata telanjang. Ambil dalam jumlah secukupnya (sepucuk spatula), tempatkan pada gelas arloji, lakukan pengamatan bentuk dengan mata telanjang.
c)      Sampel yang sudah digunakan tidak boleh dibuang, melainkan disimpan untuk pengujian selanjutnya
2.      Uji Pemanasan
a)      Garam Tembaga(II) sulfat berhidrat diambil dalam jumlah yang sedikit (seujung sendok spatula) kemudian diletakkan kedalam  cawan penguapan. Warna sebelum pemanasan diamati dan dicatat.
b)      Garam dalam cawan penguapan kemudian dipanaskan diatas nyala api spiritus. Warna setelah pemanasan diamati,dicatat dan dibandingkan dengan warna sebelum pemanasan.
c)      Prosedur yang sama juga dilakukan untuk semua garam yang tersedia. Dicatat data pengamatan
3.      Uji Kelarutan
a)      Garam diambil dalam jumlah yang sedikit (seujung sendok spatula), kemudian dimasukkan keadalam tabung reaksi.
b)      Kemudian ditambahkan pelarut pertama, yakni air dalam kondisi dingin dan larutan diaduk dengan menggunakan sendok pengaduk untuk membantu proses pelarutan.
c)      Apabila garam belum juga larut, maka tabung reaksi yang berisi garam dan air dingin dijepitkan kepada penjepit tabung reaksi dan dipanaskan diatas nyala api spiritus. Larutan diaduk dengan menggunakan sendok pengaduk untuk membantu proses pelarutan.
d)     Apabila garam belum juga dapat larut maka sampel garam tersebut diambil kembali dalam jumlah yang sama, diletakkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan H2SO4 encer dalam keadaan dingin. Larutan H2SO4 encer dan sampel diaduk dengan menggunakan sendok pengaduk untuk memudahkan proses pelarutan.
e)      Dan apabila sampel garam juga belum larut maka tabung reaksi berisi larutan H2SO4 encer dan sampel dijepitkan pada penjepit tabung dan dipanaskan diatas nyala api spiritus. Larutan diaduk dengan menggunakan sendok pengaduk untuk memudahkan proses pelarutan
f)       Jika sampel belum juga larut, maka pelarut diganti dengan pelarut lain yaitu HCl encer. Jika ternyata garam belum juga larut, dilanjutkan pada urutan pelarut selanjutnya hingga diperoleh pelarut yang sesuai. Proses pelarutan dihentikan jika garam telah larut dengan homogen. Hasil pengamatan dicatat.
4.      Uji terhadap Nyala
a)      Mencelupkan kawat nikrom atau platina yang telah bersih ke dalam larutan HCl pekat.
b)      Setelah dimasukkan HCl kemudian disentuhkan ke dalam zat yang akan diidentifikasi. Masukkan kedalam nyala pada daerah oksidasi bawah.
c)      Amati dan catat warna nyala yang terlihat
5.      Uji terhadap Gas
1)      Perlakuan zat dengan H2SO4 encer
a.       dimasukkan sesendok kecil zat yang diselidiki (bila padat). Atau 2 ml zat bila berbentuk cairan.
b.      Ditambahkan 2ml H2SO4 encer , dipanaskan bila tidak segera terjadi gas.
c.       Diamati bau gas dan sifat-sifatnya dengan diberi perlakuan jika gas tidak berbau sepotong kayu pijar dimasukkan kedalam tabung reaksi. Jika gas berbau keras di uji dengan lakmus basah(biru) diletakkan di spatula kemudian di dekatkan di tabung reaksi.
d.      Hasil pengamatan dicatat
2)      Perlakuan zat dengan H2SO4 pekat
a.       Dimasukkan sesendok kecil zat yang diselidiki (bila padat). Atau 2 ml zat bila berbentuk cairan.
b.      Ditambahkan 2ml H2SO4 pekat tetap dalam keadaan dingin
c.       Diamati bau gas dan sifat-sifatnya. Jika gas berbau keras di uji dengan lakmus basah (biru) diletakkan di spatula kemudian di dekatkan di tabung reaksi.
d.      Hasil pengamatan dicatat

4.      DATA DAN ANALISIS DATA PERCOBAAN
1.      Uji Organoleptis (uji warna dan bentuk zat pada suhu kamar)
No
Nama Zat/ rumus
Warna zat
Bentuk zat
1
Cd(NO3)2.4H2O
Cadmium nitrate tetrahidrat
Tidak berwarna
Padatan kristal
2
Cu(NO3)2.3H2O
Cuper (ii) nitrat trihidrat
biru
Padatan kristal
3
FeCl3.6H2O
Besi (III) klorida heksahidrat
Kuning kecoklatan
Padatan leleh
4
KNO3
Kalium nitrat
putih
Padatan serbuk
5
NH4NO3
Ammonium nitrat
Tidak berwarna
Padatan kristal
6
Pb(NO3)2
Timbal nitrat
Putih
Padatan kristal serbuk
7
Cr(NO3)3.9H2O
Hitam
Padatan kristal
8
NiSO4.6H2O
Nikel (ii) sulfat tetrahidrat
Hijau
Padatan kristal

Uji organoleptis merupakan uji pendahuluan pada tahap kering. Uji kering ini dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan. Pada dasarnya senyawa mempunyai bentuk dan warna khas yang bisa berasal dari kation atau anion yang terkandung di dalamnya. Atau bisa juga dikarenakan oleh bias cahaya kerena adanya molekul air terhisrat dalam senyawa. Selain bentuk dan rupa beberapa senyawa juga mempunyai bau yang khas atau sifat yang lain sebagai identitas senyawa tersebut. Berdasarkan table pengamatan diatas dapat dijelaskan beberapa identifikasi yang telah diperoleh.
1.      Senyawa Cd(NO3)2.4H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal yang tak berwarna dan juga tidak mengeluarkan bau.
2.      Senyawa Cu(NO3)2.3H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal yang berwarna biru. Senyawa ini mengeluarkan bau khas. Saat sampel diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel tetap berbentuk padatan kristal berwarna biru dan tidak menyerap molekul air (anhigroskopik)
3.      Senyawa FeCl3.6H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal berwarna orange dan berbau menyengat. Mampu menyerap air saat diletakkan di luar wadah (higroskopis) sehingga tampak seperti cair.
4.      Senyawa KNO3 memiliki bentuk berupa padatan serbuk yang berwarna putih.
5.      Senyawa NH4NO3 memiliki bentuk berupa padatan kristal yang tak berwarna. Senyawa ini tidak berbau dan bersifat tidak menyerap air (anhigroskopik).
6.      Senyawa Pb(NO3)2 memiliki bentuk berupa serbuk kristal yang berwana putih dan memberikan bau yang menusuk. Bersifat tidak menyerap air saat diletakkan di luar wadah (anhigroskopik)
7.      Senyawa Cr(NO3)3.9H2O memiliki bentuk berupa padatan kristal yang berwarna hitam. Senyawa ini tidak berbau dan bersifat anhigroskopik karena saat sampel diambil dan diletakkan diluar wadah, sampel tetap berbentuk padatan dan tidak menyerap molekul air.
8.      Senyawa NiSO4.6H2O memiliki bentuk berupa kristal yang berwarna hijau. Senyawa ini berbau dan jika diletakkan di luar wadah tidak menyerap air (anhigroskopik)

2.      Uji Pemanasan
No
Nama Zat/ rumus
Warna keadaan dingin
Warna keadaan panas
1
Cd(NO3)2.4H2O
Cadmium nitrate tetrahidrat
Tidak berwarna
Tidak berwarna
2
Cu(NO3)2.3H2O
Cuper (ii) nitrat trihidrat
biru
Hijau tosca
3
FeCl3.6H2O
Besi (III) klorida heksahidrat
Kuning kecoklatan
Orange kecoklatan
4
KNO3
Kalium nitrat
putih
Putih
5
NH4NO3
Ammonium nitrat
Tidak berwarna
Tidak berwarna
6
Pb(NO3)2
Timbal nitrat
Putih
Putih
7
Cr(NO3)3.9H2O
Hitam
Hijau kehitaman
8
NiSO4.6H2O
Nikel (ii) sulfat tetrahidrat
Hijau
Hijau tosca

Beberapa garam terhidrat memiliki warna khas pada penampakannya. Misalnya saja Cu(NO3)2.3H2O memberikan penampakan warna biru. Pada saat dipanaskan, molekul air pada garam tersebut akan lepas sebab sebenarnya molekul air pada senyawa garam tidak terikat secara chemistry tetapi hanya terikat secara fisik. Artinya molekul air hanya mengisi kisi-kisi pada senyawa garam tersebut. Beberapa senyawa garam akan menampilkan warna yang berbeda setelah molekul air terlepas akibat proses pemanasan, tetapi ada juga yang tidak mengalami perubahan warna dan ada pula yag mengalami perubahan warna tapi sebatas pemudaran warna.
1.      Pemanasan Cd(NO3)2.4H2O
Sebelum pemanasan garam Cd(NO3)2.4H2O tidak berwarna. Setelah proses pemanasan dilakukan warna garam tidak berubah tetap tak berwarna. Meskipun garam ini merupakan garam terhidrat yang akan melepas air saat dipanaskan namun warna garam tetap tidak berubah.
2.      Pemanasan Cu(NO3)2.3H2O
Sebelum pemanasan garam Cu(NO3)2.3H2O memiliki warna biru tua, setelah pemanasan dilakukan warna garam menjadi hijau tosca. Hal ini menandakan bahwa molekul air pada garam ini lepas akibat dari pemanasan.
3.      Pemanasan FeCl3.6H2O
Sebelum pemanasan garam FeCl3.6H2O memiliki warna orange yang terlihat cair karena adanya molekul air. Setelah pemanasan warna garam berubah menjadi orange kecoklatan yang menandakan bahwa molekul air dalam garam ini lepas akibat dari pemanasan yang dilakukan. Bentuk garam FeCl3.6H2O yang terlihat seperti cair dikarenakan adanya molekul air yang mengisi kisi-kisi molekul FeCl3.6H2O.
4.      Pemanasan KNO3
Sebelum pemanasan garam KNO3 memiliki warna putih dan setelah dipanaskan warna garam tetap putih. Hal ini dikarenakan tidak adanya molekul air di dalam senyawa ini sehingga warna garam tetap dalam keadaan dingin maupun panas.
5.      Pemanasan NH4NO3
Sebelum pemanasan garam NH4NO3 tidak berwarna dan setelah pemanasan warna garam tetap tidak berwarna. Hal ini dikarenakan tidak adanya molekul air di dalam senyawa ini sehingga warna garam tetap dalam keadaan dingin maupun panas.
6.      Pemanasan Pb(NO3)2
Sebelum pemanasan garam Pb(NO3)2 berwarna putih dan setelah pemanasan garam ini tetap berwarna putih. Hal ini dikarenakan tidak adanya molekul air di dalam senyawa ini sehingga warna garam tetap dalam keadaan dingin maupun panas.
7.      Pemanasan Cr(NO3)3.9H2O
Sebelum pemanasan warna garam Cr(NO3)3.9H2O ini adalah hitam. Setelah pemanasan berubah warna menjadi hijau kehitaman. Hal tersebut terjadi karena adanya molekul air yang terkandung dalam senyawa lepas akibat dari pemanasan yang dilakukan.
8.      Pemanasan NiSO4.6H2O
Sebelum pemanasan garam NiSO4.6H2O berwarna hijau toska dengan bentuk padatan kristal. Setelah proses pemanasan dilakukan warna garam berubah menjadi kuning dengan bentuk tetap padatan. Perubahan ini dikarenakan terlepasnya molekul air pada garam NiSO4. Penampakan warna hijau toska pada NiSO4.xH2O yang didapat oleh mata disebabkan oleh adanya molekul air terhidrat pada garam tersebut. Air dapat membiaskan cahaya yang diterima olehnya. Begitu pula pada saat cahaya memancar dan mengenai senyawa NiSO4.6H2O, molekul air pada kisi-kisi garam akan membiaskan cahaya tampak sehingga serapan cahaya oleh garam NiSO4.6H2O tidak lagi menunjukkan warna hijau muda melainkan warna hijau toska.

3.      Uji Nyala
No
Garam
Warna nyala
1
Cd(NO3)2.4H2O
Hijau
2
Cu(NO3)2.3H2O
Hijau
3
FeCl3.6H2O
Biru
4
KNO3
Ungu
5
NH4NO3
Hijau
6
Pb(NO3)2
Putih
7
Cr(NO3)3.9H2O
Kuning
8
NiSO4.6H2O
Kuning

Besarnya energy yang diserap atau yang dipancarkan oleh setiap atom unsur logam yang khas. Hal ini dapat ditunjukkan dari warna nyala atom-atom logam yang mampu menyerap radiasi cahaya di daerah sinar tampak. Warna nyala berbagia atom unsur logam telah disajikan melalui table hasil uji nyala diatas.

4.      Uji Kelarutan
No
Garam
Air
HNO3
HCl
Air raja
D
P
d
P
D
P
d
p
1
Cd(NO3)2.4H2O
Cadmium nitrate tetrahidrat
Ö







2
Cu(NO3)2.3H2O
Cuper (ii) nitrat trihidrat
Ö







3
FeCl3.6H2O
Besi (III) klorida heksahidrat
Ö







4
KNO3
Kalium nitrat
Ö







5
NH4NO3
Ammonium nitrat
Ö







6
Pb(NO3)2
Timbal nitrat
Ö







7
Cr(NO3)3.9H2O
Ö







8
NiSO4.6H2O
Nikel (ii) sulfat tetrahidrat
Ö








Sesuai data penelitian garam-garam diatas dikategorikan sebagai berikut dalam kemampuan melarutnya:
-          Semua garam nitrat mudah larut dalam air [Cd(NO3)2.4H2O, Cu(NO3)2.3H2O, KNO3, NH4NO3, Pb(NO3)2, dan Cr(NO3)3.9H2O]
-          Garam sulfat pada umumnya mudah larut termasuk NiSO4.
-          Garam klorida umumnya mudah larut temasuk FeCl­3

Pelarut yang disediakan pada uji ini telah disesuaikan dengan kekuatannya dalam melarutkan. Adapun urutan tersebut adalah air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan terkahir adalah air raja ( air regia). Air raja atau air regia adalah campuran antara larutan HCl pekat dan larutan HNO3 pekat dengan perbandingan 3 : 1.
Pelarut tersebut diurutkan berdasarkan kekuatan asamnya dimana urutan tersebut dari yang lemah hingga yang kuat. Semakin kuat sifat asam maka semakin mudah melepaskan ion H+. Dimana ion H+ berperan dalam membuat kutub-kutub pada senyawa garam semakin polar dan dapat mempermudah membentuk ikatan dengan molekul air  pada pelarut yang merupakan senyawa polar. Kondisi pelarutan dibuat berbeda yakni dari dingin kemudin dipanaskan. Tujuan pemanasan ini untuk membantu proses pelarutan agar lebih cepat.

5.      Uji Gas
a. H2SO4 encer
No
Nama Zat
H2SO4 encer
Kayu pijar
Lakmus basah
berbau
Tidak berbau
1
Cd(NO3)2.4H2O

Ö
Bara api padam

2
Cu(NO3)2.3H2O

Ö
Bara api padam

3
FeCl3.6H2O

Ö
Bara api padam

4
KNO3

Ö
Bara api padam

5
NH4NO3

Ö
Bara api padam

6
Pb(NO3)2

Ö
Bara api padam

7
Cr(NO3)3.9H2O

Ö
Bara api semakin menyala

8
NiSO4.6H2O
Ö


Tidak berubah warna
b. H2SO4 pekat
No
Nama Zat
H2SO4 pekat
Lakmus basah
berbau
Tidak berbau
1
Cd(NO3)2.4H2O

Ö

2
Cu(NO3)2.3H2O

Ö

3
FeCl3.6H2O
Ö

Berubah merah
4
KNO3

Ö

5
NH4NO3

Ö

6
Pb(NO3)2

Ö

7
Cr(NO3)3.9H2O

Ö

8
NiSO4.6H2O
Ö

Tidak berubah warna
a.       H2SO4 encer
1.      garam Cd(NO3)2.4H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika dipanaskan.

2.      garam Cu(NO3)2.3H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika dipanaskan.

3.      Garam FeCl3.6H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas Cl2 dalam garam ini ketika dipanaskan.

4.      Garam KNO3
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika dipanaskan.

5.      Garam NH4NO3
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika dipanaskan.

6.      garam Pb(NO3)2
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika dipanaskan.

7.      garam Cr(NO3)3.9H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang tidak berbau. Saat sepotong kayu pijar dimasukkan dalam tabung reaksi bara api yang menyala langsung padam. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika dipanaskan.

8.      garam NiSO4.6H2O
pada perlakuan yang pertama yaitu reaksi dengan H2SO4 encer garam ini tidak segera menimbulkan gas sehingga dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas yang berbau tajam akibat adanya kandungan sulfur di dalamnya. Hal ini menunjukkan adanya gas SO2 yang terkandung dalam garam. Saat lakmus biru basah dimasukkan dalam tabung reaksi kertas lakmus tetap dan tidak berubah warna. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika dipanaskan.

b.      H2SO4 pekat
1.      garam Cd(NO3)2.4H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4 pekat.

2.      garam Cu(NO3)2.3H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4 pekat.

3.      Garam FeCl3.6H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan berbau menyengat. Hal ini menunjukkan adanya gas Cl 2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4 pekat. Ketika lakmus basah ditempelkan pada mulut tabung menggunakan spatula dan mengenai gas yang timbul dari reaksi garam dan H2SO4 pekat lakmus berubah menjadi merah. Hal ini menunjukkan bahwa gas yang keluar bersifat asam.

4.      Garam KNO3
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4 pekat.

5.      Garam NH4NO3
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4 pekat.

6.      garam Pb(NO3)2
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4 pekat.

7.      garam Cr(NO3)3.9H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas NO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4 pekat.

8.      garam NiSO4.6H2O
pada perlakuan yang kedua yaitu reaksi dengan H2SO4 pekat segera muncul gelembung-gelembung yang kemudian muncul asap putih dan tidak berbau. Hal ini menunjukkan adanya gas SO2 dalam garam ini ketika direaksikan dengan H2SO4 pekat.


7.      KESIMPULAN
1.      uji organoleptis
dari kedelapan sampel garam setiap garam mempunyai bentuk dan warna yang berbeda. Beberapa garam lebih dominan dengan bentuk padatan Kristal dan yang satunya berbentuk padatan serbuk. Warna garam pada suhu kamar juga berbeda-beda tergantung kelimpahan di alam.
2.      Uji pemanasan
Dapat diketahui beberapa garam yang akan berubah ketika dilakukan pemanasan. Terutama pada garam terhidrat (sampel 1, 2, 3, dan 7) yang akan melepas molekul airnya ketika dipanaskan sehingga warna garam bisa berubah. Sedangkan garam anhidrat tidak menunjukkan perubahan warna ketika dipanaskan.
3.      Uji nyala
Nyala logam yang berbeda-beda ditunjukkan oleh data penilitian. Sehingga bisa disimpulkan nyala logam akan timbul ketika mampu menyerap radiasi cahaya di daerah sinar tampak.
4.      Uji kelarutan
Dari kedelapan sampel semuanya larut dalam pelarut pertama yaitu air.
Sampel 1, 2, 4, 5, 6, dan 7 dapat larut dalam air karena merupakan garam nitrat. Semua garam nitrat dapat larut dalam air.
Sampel 3 dapat larut dalam air karena merupakan garam klorida yang mudah larut dalam air
Sampel 8 dapat larut dalam air karena merupakan garam sulfat yang mudah larut dalam air.
5.      Uji gas dengan H2SO4
Dari kedelapan sampel tersebut dapat diidentifikasi terdapat ion-ion non logam di dalamnya
Sampel 1, 2, 4, 5, 6, 7 mengandung ion nitrat (NO3- )
Sampel 3 mengandung ion klorida (Cl-)
Sampel 8 mengandung ion sulfat (SO42-)


8.      DAFTAR RUJUKAN

Ibnu, Drs. Sodiq. M.Si,dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang : Tim Penerbit Universitas Negeri Malang
KBK KIMIA ANALITIK. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar. Malang : Tim Penerbit Universitas Negeri Malang
I Wayan Sugiata. BALE BANJAR KIMIA UNDIKSHA. sugiantozone.blospot.com/2010/03/identifikasi-kation-dengan-uji-nyala.html?m=1 diakses pada tanggal 07 september 2014 pukul 22.03

No comments:

Post a Comment